Dalampuisi ini Chairil Anwar menempatkan dirinya sebagai aku dan yang ia hadapi adalah seseorang yang dekat dengannya, dalam puisi ini sebagai "aku" berangan-angan atau memisalkan takdir yang akan terjadi pada seseorang yang ia bicarakan dalam bait pertama itu, karena terlihat dari perkataan "Aku kira, beginilah nanti jadinya", dan baris selanjutnya analisispuisi AKU (chairil anwar) AKU Kalau sampai waktu Ku mau tak seorangpun kan merayu Tidak juga kau. Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari.Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Terokadan Sayembara Mengarang Puisi Memperingati 100 Tahun Chairil Anwar Dibaca : 2.024 kali. Grup Teroka Tempo dan Indonesiana.id menggelar sayembara mengarang puisi memperingati kelahiran penyair Chairil Anwar ke ChairilAnwar lahir pada 1922 di Medan. Dia dikenal sebagai penyair terkemuka dalam sejarah sastra Indonesia. H.B. Jassin menobatkan Chairil Anwar, bersaa Asrul Sani dan Rivai Apin sebagai pelopor Angkatan ‟45 yang menandai era puisi modern Indonesia. Dalam kiprah kepenyairannya, Chairil Anwar diberi ProfilPenulis Puisi Chairil Anwar adalah sastrawan Indonesia yang semangatnya menyala-nyala. Dia lahir tahun 1922 di Medan dan meninggal di Jakarta tahun 1949. Dalam masa hidupnya yang singkat, dia berhasil menulis berbagai karya yang masih populer hingga saat ini, seperti Aku, Diponegoro, Doa, Krawang-Bekasi, Senja di Pelabuhan Kecil, dan AnalisisPuisi Doa Berdasarkan Struktur Fisik (Lahir) dan Struktur Batinnya Para pelajar di Indonesia, pasti mengenal Chairil Anwar. Tokoh sastra Indonesia yang juga dikenal sebagai Pelopor Angkatan 45 ini menjadi penyair yang sangat dikenal karena karya-karyanya selalu menjadi contoh dalam Buku Pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan PuisiAku Chairil Anwar – Chairil Anwar merupakan seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dengan puisi-puisinya. Karya-karyanya banyak dipentaskan ulang oleh para seniman dan bahkan tercantum dalam buku teks Bahasa Indonesia. Contoh analisis rima dan irama adalah pada bait pertama terdapat akhiran yang sama, yaitu akhiran “u” di Dalampuisi Aku karya Chairil Anwar ini terdapat beberapa aliterasi yang dapat dianalisis. Luka dan bisa kubawa berlari Dalam baris di atas, terdapat aliterasi b. Pengulangan bunyi /b/ terdapat pada kata bisa, bawa, dan berlari. Pengulangan bunyi b ini memperkuat keindahan bunyi pada puisi Aku. Hingga hilang pedih peri ANALISISPUISI “DOA“KARYA CHAIRIL ANWAR Doa Tuhanku Dalam termenung Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di Pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Tipografidalam puisi Sajak Putih karya Chairil Anwar di atas yang tepat adalah. Ia merupakan orang yang banyak membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan-tulisannya matang dan padat berisi. Aku Chairil Anwar Pdf . Chairil lahir dan dibesarkan di Medan sebelum. Puisi aku chairil anwar pdf. Puisi tersebut menggunakan huruf kecil semua pada Kik8. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang cukup digemari oleh semua kalangan. Bahasanya yang indah dan penuh makna menjadi salah satu alasan puisi selalu menarik perhatian. Selain itu, tak jarang seseorang menggunakan media puisi untuk menyatakan kasih sayang kepada orang tua atau kerinduan dengan seorang sahabat dan Puisi juga bisa mengekspresikan suasana hati dan kondisi sosial maupun politik. Indonesia sendiri memiliki banyak penyair besar yang telah menghasilkan karya-karya puisi yang fenomenal, seperti Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Joko Damono, Joko Pinurbo dan lain sebagainya. Beberapa sastrawan tersebut memiliki gaya bahasanya masing-masing saat menulis dan membaca puisi. Terkadang, banyak orang yang kurang memahami tentang bahasa puisi. Oleh karena itu, disini saya mencoba untuk menganalisis atau memaknai puisi “ AKU Karya Chairil Anwar” I. Puisi AKUKarya Chairil AnwarKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Dari rangkaian kata puisi diatas, Berikut makna puisi Aku karya Chairil Anwar yang dapat saya sampaikan. Puisi ini bercerita tentang perjuangan. Kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang kan merayu, tidak juga kau. Di sini si aku menyampaikan kalau sampai waktunya telah tiba yang bisa diartikan sebagai waktu untuk ia berjuang. Dia tidak mau ada seorang pun yang akan menghalangi niatnya untuk berjuang, sekalipun itu adalah seseorang yang dia kasihi. "Tak perlu sedu sedan itu," ketika ia pergi berjuang, si aku tidak ingin ada yang bersedih. Dia ingin mereka mengikhlaskannya untuk berjuang Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang. Larik puisi ini mengibaratkan dirinya seperti binatang jalang. Binatang jalang disini adalah sosok yang keras, yang tidak mudah untuk dikekang. “Dari kumpulannya terbuang,” adalah pemikiran si aku yang mengganggap dirinya bagaikan seseorang yang tidak dianggap atau terbuang. Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang. Ini adalah bentuk semangat perjuangan yang ia miliki. Di sini, meskipun ketika dalam perjuangan terluka, peluru menembus kulit, namun dia tidak akan berhenti berjuang, semangatnya akan tetap membara. Luka dan bisa kubawa berlari, berlari, hingga hilang pedih peri. Ketika dia terluka, hal itu tidak dihiraukannya, tidak dirasakannya. Dengan semangat perjuangan yang membara, rasa sakit, pedih, dan perih itu pun seolah lenyap. Dan aku akan lebih tidak perduli, aku mau hidup seribu tahun lagi. Pada akhir larik puisi ini, dapat diartikan bahwa si penyair tidak perduli dengan pandangan orang tentang dirinya. Akan tetapi, berkat perjuangannya, kelak ia akan tetap dikenang hingga seribu tahun lamanya. Nah, pada puisi ini dapat kita pahami bahwa perjuangan yang dilakukan Chairil Anwar adalah dengan karyanya. Puisi Chairil Anwar adalah karya yang membangkitkan semangat perjuangan, sehingga puisinya dicekal oleh Jepang karena dianggap membahayakan. Namun, Chairil Anwar tidak pernah berhenti berjuang. Ia terus berjuang dengan karya-karyanya. Semakin dikekang, semakin bergelora semangatnya untuk menghasilkan karya-karya yang membangkitkan semangat perjuangan. Sekian analisis saya untuk puisi Aku karya Chairil Anwar. Jika ada masukkan, kritik atau saran, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga untuk kedepannya, saya bisa lebih memberikan yang terbaik. Terima kasih...! Puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku menjadi salah satu puisinya yang paling terkenal. Kutipan-kutipan lariknya banyak dipakai dan direproduksi dalam bentuk mural, kaus, maupun desain digital. Kutipan "Aku ini binatang jalang" juga kutipan "Aku ingin hidup seribu tahun lagi" menjadi yang cukup banyak untuk tidak mengatakan paling banyak digunakan. Puisi 'Aku' karya Cairil Anwar menjadi tonggak bagi bentuk dan semangat puisi Angkatan 45. Sebelum memublikasikan melaui cetakan, Chairil Anwar terlebih dahulu membacakan Puisi Aku di Pusat Kebudayaan Jakarta pada 1943. Baca Juga Kumpulan Hasil Analisis Puisi Karya Chairil Anwar Puisi tersebut kemudian diterbitkan di Pemandangan dengan judul Semangat. Penggunaan judul Semangat sebagai pengganti judul yang sebenarnya yaitu aku diperlukan untuk menghindari sensor dari pemerintah yang waktu itu diperintah oleh militer Jepang. Selain perubahan judul, larik yang berbunyi Ku mau tak seorang kan merayu juga diubah menjadi Ku tahu tak seorang kan merayu. Penggunaan Ku mau dianggap lebih radikal dibanding dengan Ku tahu. Jadi, penggunaan pilihan kata yang lebih 'lunak' ini bertujuan untuk menghindari penyensoran oleh pemerintah. Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar di Dinding di Belanda Sumber Gambar Berikut ini puisi Aku karya Chairil Anwar Selengkapnya Aku Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi! Parafrase Puisi Aku Kalau sudah sampai waktuku untuk pergi 'Ku mau tak seorang 'kan merayu untuk tetap tinggal Tidak juga kau Tak perlu tangis sedu sedanmu itu Aku ini adalah ibarat binatang jalang Dari kumpulannya terbuang maka harus pergi Biar peluru menembus kulitku hendak menghentikanku Aku tetap akan semakin meradang dan tetap menerjang Luka ini dan bisa racun ini kubawa berlari terus Berlari aku akan terus berlari Hingga hilang rasa pedih peri di hati Dan aku akan lebih tidak peduli dengan kenyinyiran orang meski begini Aku mau karyaku tetap hidup sampai seribu tahun lagi! Dari hasil parafrase di atas, dapat diketahui bahwa, puisi Aku karya Chairil Anwar tersebut menggambarkan semangat untuk terbebas dari kungkungan keadaan. Si Aku sadar bahwa, usahanya untuk 'menentang zaman' pasti akan membuatnya diasingkan terbuang, bahkan harus siap disakiti ditembus peluru. Tapi tokoh 'Aku' akan tetap menerjang segala rintangan itu, tidak memedulikan rasa sakitnya yang akan hilang dengan sendirinya. Bahkan dia sama sekali tidak akan peduli, hingga suatu saat karyanya benar-benar akan dikenang bahkan hingga seribu tahun lagi. Baca Juga Contoh Parafrase Lagu dan Puisi yang Lain Analisis Diksi Puisi Aku karya Chairil Anwar Dilihat dari diksi atau pilihan kata yang digunakan oleh Chairil Anwar, ada beberapa yang bisa dianalisis. Antara lain penggunaan rima, dan kata kiasan makna konotasi dalam puisi, juga ciri khas Chairil Anwar. Penggunaan Bunyi Irama yang digunakan oleh Chairil Anwar muncul di hampir setiap bait puisi Aku. Hal ini tampak pada baris-baris berikut ini Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Dalam bait di atas, tampak jelas bahwa ada pengulangan bunyi sengau ng yang berulang-ulang dalam satu bait. Ini bukan hal yang tidak disengaja. Penggunaan bunyi berulang seperti ini menunjukkan bahwa pilihan kata yang digunakan benar-benar diperhatikan. Hal yang sama juga tampak pada kata meradang menerjang dalam bait berikut ini Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Penggunaan pengulangan kata yang mirip juga tampak pada kata pedih peri dalam baris berikut Hingga hilang pedih peri Dalam baris tersebut, ada dua kata yang hampir serupa bunyinya yaitu kata pedih dan kata peri yang sama-sama diawali suku kata pe dan suku kata kedua mengandung bunyi i. Penggunaan Aliterasi Aliterasi adalah pengulangan bunyi vokal yang terdapat dalam satu kalimat. Dalam puisi Aku karya Chairil Anwar ini terdapat beberapa aliterasi yang dapat dianalisis. Luka dan bisa kubawa berlari Dalam baris di atas, terdapat aliterasi b. Pengulangan bunyi /b/ terdapat pada kata bisa, bawa, dan berlari. Pengulangan bunyi b ini memperkuat keindahan bunyi pada puisi Aku. Hingga hilang pedih peri Puisi aku juga mengandung aliterasi h yang tampak pada baris di atas. Ada yang digunakan sebagai awal kata pada hingga dan hilang juga digunakan di akhir kata yaitu pedih. Penggunaan bunyi h yang berulang menunjukkan makna kesedihan. Ciri Khas Chairil Anwar Hampir dalam setiap puisinya, Chairil Anwar melakukan penghilangan bunyi untuk kata-kata yang sudah umum diketahui. Dalam beberapa puisi yang lain, Chairil bahkan menghilangkan bunyi ma dalam kata manusia sehingga hanya menjadi 'nusia. Dalam puisi Aku ini, si Binantang Jalang ini, 'hanya' menghilangkan bunyi 'a' pada kata aku dan kata akan. Sehingga hanya menjadi 'Ku dan 'kan seperti tampak pada baris 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Pemendekan atau lebih tepatnya pemotongan kata seperti ini menjadi ciri khas Chairil Anwar dan menjadi pelopor di Zamannya. Tema dan Amanat Puisi adalah karya sastra di zamannya dan bisa dimaknai lintas waktu menembus masa. Puisi Aku karya Chairil Anwar ini ditulis digubah dalam masa penjajahan Jepang yang sangat represif. Maka dari itu, puisi ini bisa dimaknai sebagai puisi yang bertemakan kesanggupan diri melawan kemapanan, berjuang menjadi bangsa yang bebas dalam berkarya dan mengarungi hidup. Chairil menggambarkan hal itu sebagai 'berlari'. Bergerak dengan sangat cepat. Meskipun sifat dan sikapnya itu akan memunculkan kesulitan dan mendapat ancaman dari berbagai pihak, dia tidak pernah peduli. Karena dia yakin bahwa, suatu saat karya dan sikapnya akan tetap dikenang, bahkan sampai seribu tahun lagi. Jadi, tema dalam puisi aku adalah menjadi diri sendiri yang bebas dari penjajahan. Adapun amanatnya adalah Mari terus berjuang, meski merasakan sakit. Karena di akhir perjuangan pasti akan ada kemenangan. Baca Juga Karakter tokoh 'aku' dalam Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar. Demikian contoh analisis puisi Aku karya Chairil Anwar sang Pelopor Angkatan 45. - Chairil Anwar menjadi salah satu penyair terkenal di Indonesia. Karyanya yang selalu dikenang, banyak dijadikan pedoman dari generasi ke generasi. Chairil Anwar dikenal sebagai sastrawan muda yang berani mengungkapkan pendapat. Hasil karya penyair Chairil Anwar yang banyak dikenal adalah puisi berjudul Aku. Tahukah kamu bagaimana sajak Aku secara lengkap? Puisi Aku Chairil Anwar Mengutip Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia 1969 karya Ajip Rosidi, berikut ini sajak lengkap puisi Aku ciptaan Chairil Anwar AkuKalau sampai waktukuKu mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak peduliAku mau hidup seribu tahun lagi Mengutip Chairil Anwar, Hasil Karya dan Pengabdiannya 2009 karya Sri Sutjianingsih, puisi Aku merupakan gambaran hidup Chairil Anwar yang individualistis. Chairil Anwar mulai dikenal sebagai penyair pada 1945. Pada tahun itu, Chairil Anwar meminta kepada Armyn Pane, redaksi Panji Pustaka agar memuat sajak-sajaknya. Di antara sajak-sajak itu, ada puisi berjudul Aku yang ditolak Armyn Pane karena dianggap individualistis, terlalu berbau pemujaan pada diri sendiri. Tetapi Chairil tidak sakit hati. HB Jassin menjelaskan penolakan tersebut bukan karena sajak itu buruk. Melainkan terkait situasi pada saat pendudukan Jepang yang peka terhadap kata-kata yang dapat dituduh mengandung unsur agitatif. Puisi Aku dianggap mengandung bara api.